Siang itu matahari sama sekali tak bersahabat. Aku yang mengenakan celana jeans hitam dengan balutan kaos putih rasanya amat tersiksa dengan sengatan sang surya.
tasku sudah penuh sesak dengan pakaian yang aku bawa dari rumah, Sepuluh menit lebih aku menunggu di halte bus yang akan membawaku ketempat tante yang berada di suatu daerah di Jakarta.
Setelah cukup lama menunggu akhirnya Bus yang akan aku tumpangi datang juga.
Bus berjalan kembali setelah beberapa penumpang masuk. dan di hadapanku berdiri seorang gadis manis berumur sekitar 15 tahun yang tidak dapat tempat duduk. Alih-alih iba, aku pun merelakan tempat dudukku untuknya.
"Dek, duduk aja disini." kataku sembari berdiri.
"Nggak usah kak. Kakak aja yang duduk. Kakak kan bawa barang banyak" jawabnya sambil tersenyum padaku.
"Ughh, manisnya senyum anak ini." gerutuku dalam hati.
"Nggak apa apa kok dek. Aku kan cowok, jadi harus ngalah sama cewek." kataku meyakinkannya.
"Ayo cepetan, nanti keburu didudukin orang lain loh." Lanjutku ketika melihatnya diam, sembari mengangkat barang bawaanku.
"Iyadeh kak. Makasih yah." jawabnya sembari tersenyum ke arahku, lalu duduk.
Perjalanan berlanjut tanpa percakapan antara aku dan gadis itu. Aku lebih memilih mendengarkan musik dari handphoneku melalui headset dan sesekali mencuri pandangan pada gadis itu. Tanpa aku sadari dia mengalihkan pandangan nya yang semula melihat gedung-gedung tinggi dari kaca bus menjadi ke arahku. Sadar ia tahu gerak-gerikku, akupun mulai gelagapan dan mengalihkan. pandanganku.
Jangan sampai ia tersinggung karena ini, batinku. Harapanku terkabul, ia tersenyum manis padaku dan tak pelak, akupun membalas senyumnya.
Masih kurang dua halte untuk ke tempat halte tujuanku. Lima belas menit kemudian, sampailah aku pada halte yang keempat.
Disinilah tempat aku turun. Ternyata banyak juga penumpang yang turun di halte ini sehingga aku harus menunggu antrian habis sebelum turun.Tak kusangka gadis tadi turun di halte yang sama denganku. Saat dia lewat di depanku ia kembali tersenyum padaku dan aku pun sontak membalas senyumannya.
"Sampai jumpa. Hati-hati ya dijalan." kataku padanya. Ia meresponnya dengan anggukan kepala.
Keluar dari bus, mataku tertuju pada sebuah benda berwarna biru yang tergeletak begitu saja di lantai halte, ternyata itu sebuah dompet. Aku menengok ke kanan dan ke kiri, tapi tak ada siapapun.
kecuali penjaga tiket dan satpam yang sedang asyik mengobrol di pos ticketing. Aku memutuskan untuk mengambil dan bawa dompet itu.
Tak beberapa lama handphone berdering. Ternyata itu tanteku yang sudah menunggu untuk menjemputku di sebrang jalan, dan tante dan omku pun langsung mengantar aku ke rumah mereka, mungkin mereka mengerti perjalanan ku dari semarang cukup melelahkan sehingga tak banyak obrolan saat itu..
Sesampainya dirumah aku langsung disuruh masuk, karena om dan tante hendak membeli bahan makanan untuk makan malam nanti, mereka menyuruhku untuk istirahat di kamar yang sudah di siapkan sebelumnya.
Setelah membuka pintu, aku langsung menuju kamar di lantai dua yang dimaksud tante, kemudian meletakkan tas dan barang bawaanku di pojokan kamar dan mandi. Selesai mandi, pikiranku langsung tertuju pada dompet yang tadi aku temukan di halte. Sejenak aku mengamati motif dompet itu.
"Yang punya pasti perempuan" pikirku dalam hati. Benar saja, sebab disisi luar dompet terdapat gambar Doraemon sambil membawa boneka berbentuk hati. Dengan rasa penasaran, aku membuka dompet itu. Di dalamnya berisi uang sejumlah dua ratus lima puluh ribu rupiah serta beberapa kertas dan kartu. Aku menarik sebuah kartu seukuran kira kira 53,98 mm x 85,60 mm itu, dan disitu tertulis "AYANA SHAHAB, 03-06-1997" . Tertera juga alamat rumah serta nomor telepon.
Pandanganku terfokus pada foto yang ada di kartu itu. Foto gadis yang kutemui di bus tadi sore. "Hmm, harus aku kembalikan dompet ini, siapa tau orangnya nyariin." tukasku dalam hati sembari memasukan dompet itu kembali ke saku celanaku.
Tak beberapa lama, aku mendengar suara mobil dari depan. Ternyata itu tante dan om. Lima belas menit kemudian aku dipanggil untuk menyantap makan malam yang telah dihidangkan tanteku Setelah makan malam selesai, aku mengeluarkan dompet yang tadi aku temukan.
"Om tante, tau nggak alamat ini?" aku menyodorkan kartu pelajar yang ada di dalam dompet.
"Oh, ini sih deket Jal dari sini, sekitar 10 menit kalo jalan kaki, naek motor lebih cepet!" jawab omku.
kemudian secara rinci om memberikan petunjuk arah kepada alamat tersebut, mendengar penjelasan itu akupun semakin yakin untuk mengembalikan dompet itu kepada pemiliknya.
besoknya setelah aku melepas kelelahan dari perjalanan ku yang jauh ini. aku bergegas untuk mencari alamat yang semalam sudah di jelaskan oleh omku.
"Selamat pagi" ucapku sembari menuruni tangga. Dan kemudian menuju meja makan untuk menyantap sarapan yang sudah dihidangkan diatas meja, aku pun kembali meyakinkan tante dan om ku kalo aku akan pergi untuk mengembalikan dompet yang aku temukan kepada pemilik nya
"iya om, abis sarapan ini Ijal mau langsung ke tkp, hehehe" jawabku untuk lebih meyakinkan mereka
Dan tak beberapa lama kemudian om berpamitan untuk berangkat kerja, dan aku bersiap-siap untuk mencari alamat si gadis pemilik dompet yang ku temui di bus itu.
"Om berangkat kerja dulu ya. Nanti kalau mau pake motor, kuncinya ada diatas lemari kamar kamu. Hati hati ya" pesan om.
Ku ambil kunci motor lalu memanasi motor, lalu dengan santai aku memacu laju sepeda motorku sembari mengingat-ingat petunjuk dari om semalam, dan sampailah aku di perumahan elit nan mewah yang dimaksud om.
Untuk lebih jelas nya, aku pun bertanya pada salah satu orang yang berada di sekitaran perumahan, dan sampailah aku pada suatu rumah bercat putih di pojokan, Aku memencet bel yang ada di gerbang. Datanglah seorang bapak paruh baya yang membukakan pintu gerbang, kepada nya aku menjelaskan maksud dan tujuanku.
"Wah, terima kasih ya. Kemarin Achan sampai ngacak-ngacak seisi rumah nyariin dompetnya, kirain hilang. Yaudah ayo masuk dulu aja. Eh siapa nama kamu?" tanya bapak itu sambil menyuruhku masuk.
"Faisal pak, cuma biasanya saya di panggil Ijal" jawabku.
"Ijal ya. Sebentar om panggilin Achan. Pasti dia senang dompetnya udah ketemu. Kamu duduk dulu gih."
"Achan tuh siapa om, bukannya Ayana?" tanyaku penasaran.
"iya Ayana, cuma panggilan dia Achan, sama kayak kamu Faisal tapi panggilan nya Ijal". Aku hanya bisa tersenyum senyum malu mendengar penjelasan itu. Tak beberapa lama datanglah gadis yang kemarin aku temui.
"Makasih kak, udah ngembaliin dompetku. Kirain kemarin beneran hilang" katanya sambil tersenyum.
"Iya, sama-sama, lain kali hati-hati ya." pesanku. Obrolan pun berlanjut, disitu aku mulai akrab dengan ayana, dan tanpa sadar aku mulai jatuh hati kepada nya. tak terasa, sudah dua jam lebih kami ngobrol. Aku memutuskan untuk mengakhiri obrolan ini dan pulang.
Hari-hari berlalu, Aku dan Ayana semakin akrab saja. Hampir setiap hari aku bermain kerumahnya, sampai suatu hari aku mengajaknya jalan-jalan ke sebuah cafe yang tak jauh dari rumahnya.
"Kak, menurut kakak orang sayang itu seperti apa sih?" tanya Ayana saat sampai di café.
“Tumben kamu tanya begini." kataku sambil mengambil menu.
"Hehehe, nggak kok cuma iseng aja" jawabnya
"Hmmm.. yang pasti ia peduli pada apa saja yang terjadi pada orang yang disayangi itu."jawabku sambil berpikir.
"Cuma gitu aja? Kok simple banget?" tanyanya lagi dengan nada kecewa.
"Lebih simple mana sama orang yang cuma mengungkapkan cinta, suka, sayang?" tambahku
"Maksudnya gimana tuh kak?"
"Ya, simple banget gitu orang ngungkapin perasaannya cuma dengan ungkapan, aku suka kamu, aku cinta kamu, aku sayang kamu. Andai ada kata yang bisa melebihi kata suka dan diatas kata cinta dan lebih dari kata sayang"
"Eh, tapi suka itu kata paling hebat lho kak!" tukas ayana
"Kok bisa? Darimana coba?"
"Rahasia. Hehehehe" jawabnya sambil tertawa
"Pulang yuk udah sore nih." ajakku sambil menghabiskan sisa minuman yang ada di gelas
"Eh kak, bisa nganterin aku nggak besok, aku mau beli boneka Doraemon sama Stitch nih" rayu Ayana.
"Boleh, besok aku jemput ya."
"Iya, tapi kita naik bus aja ya kak" pinta Ayana.
"Okelah, naik becak juga boleh. Hahahaha". Kemudian kamipun pulang. Keesokan harinya, sesuai rencana aku dan Ayana pergi untuk membeli boneka di salah satu mall di Jakarta. Di sini aku bermaksud mengungkapkan perasaanku padanya. Setelah berputar-putar, akhirnya kami menemukan tempat yang menjual boneka. Ayana pun mendapatkan boneka yang dia ingini. Segera setelah mendapatkan boneka yang dia inginkan, Ayana mengajak pulang, karena setelah ini dia berencana untuk menginap bersama keluarganya di tempat saudaranya.
Selama perjalanan aku terus berpikir, bagaimana caranya mengubah perasaanku menjadi kata-kata. Aku terus berpikir, tapi aku tak bisa mengubahnya. Setelah turun dari bus, aku mencoba memberanikan diri untuk berkata mesti mulutku terasa kaku.
"Ayana,, aku,," kalimatku terhenti.
"Kakak, bonekaku ketinggalan di dalam bus" katanya setengah berteriak. Saat aku menengok ke arah bus, bus itu mulai berjalan pelan.
"Ya sudah kamu pulang dulu, katanya kamu mau pergi sama keluarga kamu. Biar aku kejar bus itu. Hati- hati kamu pulangnya" kataku sambil berlalu dan langsung berlari mengejar bus itu.
“Ayana sebenarnya ada sesuatu yang kuingin ungkapkan kepadamu. Kabut dalam hatiku telah menghilang. Dan aku melihat suatu hal yang penting bagiku, walaupun jawabannya begitu mudah tuk keluar.Tapi entah mengapa terlewatkan oleh ku selama ini.”
Ku suka, dirimu ku suka
ku berlari sekuat tenaga
ku suka, selalu ku suka
ku teriak sebisa suaraku
Akhirnya, bus itu berhenti di halte yang berjarak sekitar 500 Meter dari tempat tadi. Tanpa banyak bicara aku masuk kedalam bus dan mengambil bungkusan plastik dan melihat isinya. Syukurlah isinya masih utuh. Aku membawa bungkusan itu pulang sambil terus berpikir, bagaimana caranya mengungkapkan perasaanku di akhir pertemuanku ini. Sampai akhirnya, aku memutuskan untuk menuliskan perasaanku dalam sepucuk surat yang aku taruh dalam plastic yang aku titipkan pada tetangga nya..
“ Untuk kau perempuan yang bermata sayu dan tersenyum seperti mentari, AYANA "
Terimakasih kamu sudah mau mengenal ku. Terima kasih kamu sudah membukakan pikiranku tentang apa arti SUKA yang sebenarnya. Seperti kata-katamu “SUKA ITU KATA PALING HEBAT” Dan aku menyukaimu Achan. Karena jika aku ragu aku takkan bisa memulai apapun.
Kini aku mengungkapkan perasaanku dan mulai jujur dari sekarang. Karena jika aku diamkan perasaan ini akan tetap sama. Aku takkan merasa malu .Aku menyukaimu karena lewat kata SUKA itu.
Aku bisa menyayangimu lebih, bahkan terlampau lebih dari siapapun.Terimakasih sudah membaca surat ini.
Dari seseorang yang SUKA padamu,
IjalAyana membaca isi surat itu sambil berkata dalam hati “ terima kasih, sudah SUKA sama aku”
Tanpa Ayana sadari, hari kemarin adalah hari terakhirku berada di Jakarta. Kini aku telah kembali ke kota asalku, membawa rasa SUKA yang belum terucapkan secara langsung itu.
*****