Sudah beberapa puntung rokok ku habiskan. Mungkin tak bisa ku hitung karena hampir penuh isi asbak beserta puntung dan abunya. Kumpulan asap rokok dan secangkir kopi yang selalu menemaniku di kala sore hari. Setiap sore sehabis bergelut dengan pekerjaan, aku selalu singgah di cafe ini. Di antara perempatan jalan dan lampu merah, cafe ini berada. Entah kenapa bisa menjadi tempat favoritku. Seperti rasa lelahku hilang bila ku singgah di cafe ini. Di sudut ruangan cafe biasanya aku duduk.
Memandangi keramaian jalanan di balik jendela cafe. Tapi sore itu tidak ramai karena gerimis. Lalu lalang pejalan kaki pun terlihat berlari menghindari rintikan gerimis. Seperti tak mau bajunya basah. Tak sadar ketika menengok ke arah pintu cafe itu. Seorang wanita sangat cantik terurai rambut terlihat basah memasuki cafe.
"Rambutnya basah saja terlihat asri. Baru kali ini ku melihat seorang bidadari kehujanan.." gumanku menghisap dalam rokokku.
Pikirku mungkin seorang mahasiswi yang sedang mampir saja, hanya untuk menunggu gerimis. Rasanya baru kali ini ku lihat wanita itu. Tak mungkin aku mengenali beberapa pengunjung di sini karena setiap hari aku selalu berada di cafe ini. Mataku terus saja tertuju pada wanita itu. Sepertinya wanita itu sadar kalau aku sedang memperhatikannya. Dan tiba-tiba aku jadi salah tingkah karena ketahuan memperhatikan dia. Lalu dia hanya tersenyum manis kepadaku. Tanpa pikir panjang aku beranjak menghampiri wanita itu.
"Maaf mengganggu. Bolehkah aku duduk?" tanyaku.
"Oh ya tentu saja. " jawabnya.
"Apakah kamu lagi nunggu seseorang?" tanyaku lagi.
"Iya, aku lagi nungguin jemputanku.." jawabnya.
"Berarti sebentar lagi dong kamu pergi?" kataku pasrah.
"Nggak kok, paling setengah jam lagi. Kamu sendirian disini?" tanyanya lagi.
"Iya, aku selalu sendirian di sini. Di pojok meja itu tempat duduk yang ku suka.. " kataku sambil mengancungkan jari ke arah sudut ruangan cafe.
"Wah, kayaknya kamu suka yang di pojok-pojok gitu ya.." katanya sambil tertawa kecil.
"Hahaha bisa aja kamu.. Oh iya kita belum kenalan. Namaku Roni Gunanto biasa di panggil Roni.." kataku sambil mengulurkan tanganku.
"Namaku Melody Nurramdhani. Panggil aja aku Melody atau Imel.." katanya sambil tersenyum.
Dan akupun tiba-tiba terdiam termenung mendengar nama dia.
"Kenapa? Kok diem? Ada yang aneh sama namaku?" tanyanya sambil melambaikan tangan ke arah mataku.
"Oh ya, nggak ada yang aneh kok sama namamu. Justru sebuah nama yang indah buat seorang wanita kayak kamu.. " kataku langsung tersadar lamunanku.
"Ah, bisa aja deh kamu.. " katanya sambil tersenyum kecil dihadapanku.
"Kamu masih kuliah apa sudah kerja?" tanyaku.
"Aku masih kuliah kok. Aduh banyak banget tugas nih udah mau semester akhir.." jawabnya.
"Nah namanya juga mahasiswa tingkat akhir, pasti ada saja tugas dari dosen.." kataku sedikit menghibur.
"Aduh Ron, maaf banget nih mobil jemputanku udah dateng tuh.. Kayanya obrolan kita bersambung dulu deh. Nggak apa-apa kan aku tinggal?" katanya sambil bergegas berdiri.
"Oh ya nggak apa-apa kok. Kamu hati-hati di jalan ya Mel. Besok sore kalau bisa di pojok cafe ini kita lanjutkan obrolan kita.." teriakku sambil melambaikan tangan.
Hanya ada balasan senyuman dan lambaian tangan Melody saat meninggalkan cafe ini. Aku masih terpaku melihat mobil Melody melaju perlahan meninggalkan cafe. Semakin jauh, perlahan menjauh hingga menghilang ke sebuah tikungan. Gerimis pun mulai reda bersamaan perginya seorang wanita asri pertama ku kenal. Lamunanku masih saja terbayang dengan Melody. Lampu kota di perempatan jalan sudah mulai menyala. Senja pun pergi berganti malam. Ku rasa sudah cukup lama aku di cafe ini. Dan hari ini adalah hari teramat istimewa. Aku lantas beranjak pergi meninggalkan cafe itu. Perlahan meninggalkan cafe tempat menghilangkan rasa penatku. Menyelusuri jalanan mengendari sepeda motorku. Akupun masih terlarut dalam bayangan Melody. Tak tahu kenapa wajah asri Melody masih tertanam jelas dalam pikiranku.
Sampai tiba di rumah, aku pun langsung membersihkan seluruh rasa lelahku dan berbaring di tempat tidur. Ketika ku sadar, aku lupa meminta nomer handphone Melody.
"Ya sudahlah kan besok sore masih bisa ketemu dan berbincang lagi.." pikirku dalam hati.
Perlahan lambat tempo suara jangkrik mulai terdengar. Terdengar sangat merdu seperti alunan Melody. Aku pun terbawa suasana hingga akhirnya aku tertidur.
▉▉▉
Esok pagi, seperti kebanyakan orang menjalani hari-hari penuh aktifitas. Aku juga ikut terlibat dengan aktifitasku. Bercengkrama dengan hiruk-pikuk jalanan kota. Aku hanya sarapan dengan segelas kopi dan sepotong roti. Terburu-buru adalah hal kebiasaanku. Tak tahu kenapa aku tak mau terlambat sampai di kantor hanya karena macet. Dan pagi itu aku justru datang terlalu pagi. Hanya hitungan jari saja yang sudah tiba di kantor. Aku seperti biasa membuka dokumen file di komputer meja kantorku, mengetik sebuah laporan untuk persentasi. Hingga lambat laun aku sudah bergelut dengan pekerjaanku. Aku tak sabar ingin bertemu dengan Melody sore ini. Ku terus memandangi jam tanganku. Seperti bom waktu yang akan meledak aku nantikan. Dan tak terasa waktu berjalan begitu cepat hingga jam pulang kantor tiba. Ku rapikan semua peralatan kerjaku. Ku pacu cepat sepeda motorku.
Hingga sampai di cafe. Ku lihat tak ada seorang wanita di sana.
"Ah mungkin Melody lagi di jalan.." pikirku. Seperti biasa aku hanya memesan segelas kopi dan roti bakar. Menunggu kehadiran Melody. Selang beberapa lama roti bakar ku habiskan, ku terkejut dengan suara yang tiba-tiba menyapaku.
"Sudah lama kamu di sini?"
"Nggak juga. Baru berapa menit aja.." jawabku gelagapan.
"Kamu mau mesen apa biar aku pesenin.." tanyaku menawarkan.
"Aku pesen segelas jus stroberi aja deh.." jawabnya.
"Kamu nggak mesen makanannya? " tanyaku lagi.
"Gak usah Ron, aku masih kenyang nih. Tadi aja baru makan bakso cuanki sama temen-temen aku.." jelasnya.
"Ya udah kalo gitu.."
Sambil menunggu pesanan, aku pun melanjutkan obrolan kemarin. Entah kenapa baru berjalan dua hari aku sudah akrab sekali dengan Melody. Seperti sudah sama-sama saling kenal. Aku juga heran mengapa Melody bisa menerima keberadaanku.
Tak lama kemudian, minuman pesanan Melody datang. Aku tak percaya bisa mengenal Melody sampai sejauh ini.
"Mel, kamu gak curiga apa sama aku?" tanyaku tiba-tiba.
"Curiga kenapa Ron?" tanyanya heran.
"Ya masa kamu baru kenal aku dua hari sudah akrab begini. Kamu gak merasa aneh denganku?" tanyaku lagi.
"Ya nggak tau juga, aku ngerasa kamu baik kok. Di mata aku kamu gak jahat.." jawabnya singkat.
"Ah jadi geer nih di bilang baik dan gak jahat.." kataku cengar-cengir.
Entah kenapa aku bisa diterima baik oleh Melody. Sama dengannya, aku juga sangat mudah menerima kehadiran Melody. Mungkin ini sebuah awal untuk mengenal jauh ke dalam hati Melody. Tak sadar obrolan kami pun terhenti ketika mobil jemputan Melody datang. Sebelum Melody meninggalkan cafe, aku pun meminta nomer handphonenya. Dia menuliskannya di kedua telapak tanganku. Dengan cepatnya, Melody sudah meninggalkan aku sendiri di cafe. Perlahan lamunanku menghilang bersamaan langkah Melody menaiki mobil.
"Akhirnya ku dapatkan nomer handphone Melody. Baru kali ini nomer wanita terukir di telapak tanganku.." gumanku. Lantas akupun bergegas pulang juga tak sabar ingin menghubungi Melody.
▉▉▉
Sampai di rumah seperti biasa setelah membersihkan diri dari semua rasa lelahku. Aku berbaring di tempat tidur melamunkan Melody. Aku mengambil handphoneku mencacat nomer telepon Melody yg masih tertulis di telapak tanganku. Untung saja tidak terhapus sewaktu tadi mandi. Ku pencet handphoneku, dan ku telpon Melody.
*Tuuuttt… Tuuuttt… Tuuuttt… Tuuuttt...*
"Hallo, selamat malam dengan siapa ini ya?" jawab orang itu.
"Selamat malem juga. Bisa bicara dengan Melody? " kataku.
"Ya, saya sendiri Melody. Maaf kalo boleh tau ini siapa ya?"
"Ini aku Roni. Kamu lagi ngapain Mel? Maaf ya kalo aku ganggu. Hehehe.."
"Oh kamu Ron. Aku lagi bikin laporan tugas nih Ron. Gak ganggu kok santai aja lagi.."
"Wah super sibuk ya jadi mahasiswa tingkat akhir. Ya udah semoga berhasil ya Mel. "
"Iya makasih atas doanya. Kamu lagi ngapain Ron?"
"Aku lagi ngelukis wajah kamu di langit.."
"Ah, emangnya bisa apa ngelukis di langit? Kamu besok sibuk gak Ron?"
"Wah kayanya nggak sibuk deh.. Buat kamu apa sih yang gak bisa? Hehehe.."
"Hmm.. Kalau gitu besok temenin aku ke perkebunan ya? Soalnya aku dapet tugas nih, suruh penelitian tentang perkebunan gitu.."
"Mang kamu kuliah ngambil jurusan apa sih Mel?"
"Aku kuliah ngambil jurusan argobisnis. Jadi masih ada kaitannya dengan jual beli perkebunan.."
"Wah, kebetulan banget! Aku juga ada kerjaan persentasi tentang jual beli perkebunan gitu.. Ya udah, besok mau ketemuan dimana dan jam berapa?"
"Besok kamu tunggu di tempat cafe biasa jam 10:00.."
"Oke nona Melody. I can't wait to meet you tomorrow.."
"Ya udah aku mau beres-beres dulu ya buat besok. See you. Good night Roni.."
"Night too Melody.."
Telpon pun terputus..
"Aduh seperti tertampar ombak nih, Melody ngajak pergi buat bantuin tugasnya dia. Ya besok ambil cuti sehari kerja. Nggak apa-apalah kebetulan kan kelarin persentasi kerjaan.." gerutuku. Aku sudah tak sabar menunggu esok pagi. Beberapa saat ku pejamkan mata dan ku mulai tertidur.
▉▉▉
Sinar mentari sudah memasuki ruangan kamarku. Suara kicauan burung ikut menyambut. Serasa hari ini begitu tak sabar ku nanti. Ku lihat jam dinding di kamarku menunjukkan pukul 8:48. Segera beranjak dari ranjang dan pergi ke kamar mandi. Denyut nadi serasa cepat berdenyut. Setelah semua sudah beres dan rapi, ku ambil sepotong roti untuk mengisi perut ini. Tidak lupa seteguk kopi dan sebatang rokok menemani sarapan singkat ini.
Setelah selesai sarapan, aku ambil sepeda motor di garasi. Ku terus melihat jam tanganku. Sepertinya jarum jam tak mau menunggu. Detik bertambah cepat berjalan. Tanpa pikir panjang, langsung ku pacu sepeda motor dengan cepat. Sepanjang jalan, nama Melody selalu muncul di pikiranku. Andai saja ada penghapus yang bisa menghapus nama Melody dari pikiranku, sepertinya aku takkan mencari penghapus itu.
Sesampainya di cafe, ku lihat tak ada seseorang di sana. Hanya sebagian pengunjung yang datang. Mungkin Melody belum datang. Sambil menunggu Melody, ku hisap kembali sebatang rokok sambil melamunkan Melody. Selang berapa lama aku terkejut seorang menepuk pundakku.
"Ayo lagi ngelamunin siapa?" tanya Melody datang tiba-tiba.
"Eh, kamu Mel ngangetin aja.. Untung aku nggak punya serangan jantung. Tapi kalo serangan jantung tiap hari di kagetin kamu sih aku mau.." gombalku.
"Dasar! Bisa aja kamu.." balas melody senyuman yg menawan.
"Kita jadi berangkat nggak nih?" tanyaku.
"Jadi dong.." jawab melody.
"Nih helm kamu pakai.." kataku.
*Klek*
"Helm kamu unik ya.." kata Melody setelah memakai helm.
"Iya dong. Kamu juga unik Mel.. Hehe..." godaku lagi.
"Dasar kamu.." kata melody sambil duduk di belakang.
"Kamu udah siap belum Mel? Aku mau tancap gas nih.."
"Udah. Awas ya jangan ngebut-ngebut.."
"Siip nona!"
Ku pacu sepeda motor perlahan-lahan. Tak tahu kenapa darahku mengalir begitu cepat ketika Melody duduk di belakangku. Seperti memboncengkan bidadari tanpa ekor. Sesak napas rasanya ketika Melody memegang erat pinggangku.
"Aduh lama-lama begini bisa meledak nih jantung.." gerutuku dalam hati.
Ku telusuri jalanan sambil di pandu Melody. Memasuki sebuah gapura desa bertuliskan "Desa Fourty Eight". Akhirnya sampai di tempat yg dimaksud Melody. Melody pun turun dan langsung mengambil beberapa alat tulis di tasnya.
"Mel, jadi ini tempat penelitian kamu? Asri juga ya tempat ini?" kataku.
"Iya, kemarin aku udah ke sini sebelumnya. Aku udah 3 hari meneliti tempat ini.."
"Oh... Terus kamu mau meneliti apa lagi? Apa masih kurang data-data dari desa ini?" tanyaku.
"Iya, ada yg masih kurang dari data penelitianku. Aku belum terjun langsung ke kebun sebelah sana.." kata melody sambil menunjukkan jari ke arah kebun itu.
"Ya udah, aku temenin kamu sekalian liat pemandangan desa ini.." kataku.
Melody sepertinya sudah akrab dengan orang-orang desa ini. Aku hanya bisa tersenyum memandangi Melody. Melody terlihat ceria sekali ketika menyiram kebun itu. Selang berapa lama tiba-tiba mendung. Matahari tertutup awan hitam pekat.
"Sepertinya akan datang hujan nih.." gerutuku.
"Mel, mendung nih udah mau hujan!" kataku teriak.
Tiba-tiba hujan langsung turun dengan deras. Kami berlari menuju saung untuk berteduh. Tak sempat kami untuk berteduh, kami sudah basah. Tiba-tiba aku bengong melihat Melody yang rambutnya basah. Terlintas lagi memori ketika pertama kali aku bertemu dengan Melody di cafe. Sungguh tak berubah parasnya yg cantik. Ku lihat Melody menggigil kedinginan. Tanpa pikir panjang aku memakaikan Melody dengan jaket jeansku.
"Kamu nggak kenapa-napa Mel?" tanyaku.
"Tenang aja aku nggak kenapa-napa kok Ron. Yah, kok bisa hujan dadakan gini.." kata Melody cemberut.
"Emangnya tugas kamu belom selasai?" tanyaku.
"Udah selesai sih, tapi belum aku salin ke dokumen. Aku cuman pengen ngerasain langsung jadi petani itu.." jawab Melody.
"Oh.. Bagus dong. " kataku memuji.
"Ya udah, nanti kalo hujannya reda kita pulang yuk? Muka kamu udah pucat kedinginan tuh.." kataku lagi.
"Iya.." jawab Melody mengangguk.
Perlahan hujan pun berhenti di gantikan rintik gerimis.
"Hujannya udah reda nih, kita pulang yuk?" kata Melody.
"Rumah kamu dimana? Aku anter kamu sampai rumah ya?" pintaku.
"Rumahku gak jauh kok dari sini Ron.. Makasih udah nemenin aku hari ini.." kata Melody sambil tersenyum.
"Hehe.. Santai aja Mel.." jawabku singkat.
"Anything for you.. " batinku setelah itu sambil tersenyum kepadanya.
Kami pun bergegas pulang dan tak lupa pamit dengan orang-orang desa. Di perjalanan, Melody memegang erat pinggangku lagi. Mungkin Melody sudah kedinginan. Sampai tiba di rumah melody.
"Jaket biar kamu pake aja dulu ya Mel. Nanti jangan lupa minum obat ya, terus kamu langsung istirahat.." kataku.
"Kalo jaket ini aku pake nanti kamu pulang nggak kedinginan apa? Terus kamu kenapa begitu perhatian sama aku?" tanya Melody keheranan.
"Tenang aja aku masih kuat kok. Kalo soal perhatian itu hal biasa kok. Semua manusia juga pasti perhatian kalo ada yg terluka atau sakit. " kataku tersenyum kepada Melody.
"Ya udah, kamu pulang sana nanti kemaleman. Besok aku balikin jaket kamu ini. Makasih ya Ron kamu udah temenin aku seharian ini. Maaf aku udah ngerepotin kamu.." kata melody sambil menutup gerbang rumahnya.
"Sama-sama, aku juga gak keberatan kok.." kataku sambil menghidupkan sepeda motorku.
"Dadah Roni.." kata melody sambil melambaikan tangannya.
Perlahan ku mulai menjauh dari rumah Melody. Remang lampu jalan yang kini menemaniku. Alunan suara jangkrik mulai terdengar samar-samar dengan suara sepeda motorku. Sampai di rumah, masih terbayang senyum ceria Melody tadi siang. Benar-benar aku tak bisa melupakan senyuman asri Melody. Tanpa sadar aku pun terlarut dalam tidurku.
▉▉▉
Di kantor seperti biasa aku selalu beradu jari dengan papan keyboard komputer. Mengisi barisan kolom microsoft excel sudah menjadi langgananku. Di saat jenuh entah kenapa Melody selalu terniang di pikiranku. Tetesan kesejukkan di saat ku mulai penat. Sebuah alunan nada Melody yang mengubah not-not balok hidupku. Membuka kunci setiap ruang mayor dan minor hidupku. Simponi yang indah bila memandang wajahnya. Senandung Melody namamu. Baru kali ini kurasakan hebat. Lebih hebat dari sebuah guncangan. Apa ini guncangan rasa ingin memiliki? Apa pantas pria ini mengidamkan Melody? Ah.. Sulit rasanya Melody jatuh hati kepadaku.
Tanpa sadar, lamunanku hingga jam pulang kantor bersambut. Dan segera cepat aku merapikan dan membereskan peralatan kerjaku. Kali ini aku tak menuju cafe tapi menuju rumah Melody. Sampai tiba di rumah Melody, aku mengetuk pintu rumah Melody.
*Tok tok tok...*
"Iya sedang mencari siapa ya?" kata seorang wanita yang masih cukup muda membukakan pintu.
"Permisi Bu. Melody nya ada?" tanyaku.
"Emm, Melody sudah pergi ke New Zeland bersama ayahnya tadi pagi. Katanya dia ditunjuk dosen untuk melanjutkan kuliahnya disana. Melody dapet prestasi bagus hasil KKN nya kemarin.. Maaf kalo boleh, tau kamu Roni bukan? Yang kemarin bantuin Melody KKN?" ujar wanita itu yg ternyata Ibunya Melody.
"Iya Bu, saya Roni temennya Melody. Kalo soal bantuin, kemarin saya cuman nemenin doang kok Bu.." jelasku.
"Melody cuman menitipkan ini ke nak Roni. Katanya dia sengaja nggak kasih kabar ke nak Roni karena Melody nggak mau bikin nak Roni sedih.." kata ibu Melody sambil memberikan sebuah jaket.
"Melody juga menitipkan ini. Nak Roni disuruh baca surat ini di cafe biasanya nak Roni dan Melody bertemu.." kata ibu Melody lagi sambil menyodorkan sebuah surat.
Entah kenapa aku tiba-tiba tercengang dengan apa yang di berikan Ibu Melody. Tak tahu apa isi surat itu, tapi sebuah mandat menyuruh ku untuk membacanya di cafe itu. Tanpa pikir panjang aku pun pamit kepada ibu Melody dan langsung bergegas menuju cafe. Sesampainya di cafe tempat biasa aku duduk, perlahan ku buka surat dari Melody.
Dear Roni,
Hallo Roni ^^. Maaf ya sebelumnya aku nggak pamit sama kamu. Aku nggak mau bikin kamu sedih. Aku seneng banget tahu bisa kenalan sama kamu. Apalagi kamu tuh cowok yang bisa buat aku nyaman. Aku nggak pergi lama kok Ron. Aku cuman pergi 2 tahun buat nyelesain kuliah aku. Maaf, kepergian aku buat kamu kaget. Kamu mau kan nunggu aku 2 tahun lagi? Di sini, di tempat kamu duduk sekarang, aku akan menemui kamu. Di sudut ruangan cafe tempat kamu akan menungguku. Semoga kamu tidak lupa menanti kedatanganku. See you. Good bye ^^.
Melody Nurramdhani
Kembali ku hisap dalam rokok ku setelah membaca surat dari Melody. Dan tiba-tiba gerimis datang lagi menemani kesendirianku. Gerimis yang membuatku mengingatkan pertama kali bertemu dengan Melody. Kembali ku pandangi jalan di luar cafe sana, dengan tetesan gerimis di kaca jendela. Lamunanku kembali pada pintu cafe. Berharap Melody akan datang 2 tahun lagi dengan uraian rambutnya yang basah.