* Krrrrriiiiiiiiiinnnggg..... *
Suara bel sekolah telah usai. Aku segera berjalan
menuju ke kantin dimana aku biasa menunggu pujaan hatiku. Aku biasa menunggu
dia di pojok kantin, dimana aku dan dia juga biasa makan berdua di waktu
istirahat. Di tambah suasana yang rindang dengan di tumbuhi pohon palm. Canda
dan tawa selalu mengisi waktu istirahat kami berdua. Tak lama kemudian dia
datang. Ku liat dari kejauhan sepertinya dia tampak murung. Tapi hari ini ku
liat ada keganjilan dari raut wajahnya. Tidak seperti hari-hari lain. Tak ada
senyum manis dari lesung pipinya. Tapi hari ini sangat ganjil sekali. Ku liat
dia tidak tersenyum kepadaku. Ku liat seperti ada beban yang menghantui wajah
manis dia.
" Kenapa kamu Shan hari ini ? " tanyaku
penuh tanda tanya.
" Aa... Aku gak kenapa-napa kok. " jawab
dia dengan gugup.
Ku tatap bola matanya dengan penuh keheranan. Ku
pegang kedua tangan Shania untuk meyakinkan.
" Tidak mungkin gak terjadi apa-apa. Pasti ada
sesuatu yang terjadi sama kamu ? " tanyaku lagi dengan heran.
" Beneran aku gak kenapa-napa kok . Aku lagi
kurang fit aja sama hari ini. " jawab Shania sedikit agak serak suaranya.
" Ya udah kamu nanti pulang langsung minum
obat terus istirahat ya. " kataku sambil menghabiskan roti bakar yg tadi
ku pesan.
" Oh iya kamu gak mesen roti bakar dulu shan ?
"
" Gak, aku gak laper kok. " jawab shania.
" Wah tumben kamu gak makan roti bakar dulu
sebelum pulang ke rumah. Biasanya kamu paling demen kalo pulang sekolah makan
roti bakar. " kataku sambil menghibur Shania.
" Kan aku udah bilang kalo aku lagi gak laper
dan lagi gak enak badan. " jawab Shania sedikit agak membentak.
" Ya udah kalo kamu gak laper kita langsung
pulang aja yuk. " kataku sambil berdiri dan memakaikan swetear kepada
Shania.
Kami berdua langsung beranjak meninggalkan kantin
dan menuju parkiran. Tampaknya Shania tidak mau bicara. Tidak seperti biasanya
Shania selalu bercerita tentang kejadian yg lucu, mulai dari kelakuan teman
sebangkunya si Ochi dan juga blak-blakan kepadaku. Feeling ku kuat sekali pasti
ada sesuatu yg Shania tutupi. Seribu tanda tanya menyelimuti pikiranku. Aku tak
mau membuat Shania kesal lagi cuman gara-gara aku selalu bertanya. Aku segera
mengambil sepeda yang cukup jauh aku menaruhnya.
" Tunggu di sini ya sayang. " kataku
sambil mengambil tas Shania.
Aku bergegas mengambil sepedaku. Ku dengar suara
orang memanggilku dengan mengangetkan.
" Juned !! Azzeek pulang bareng ama yayang
Shania. " sapa Ochi menepuk pundakku.
" Lo gak dimana-mana kalo dateng muncul pasti
ngangetin. "
" Ya elah woles aja kale. " kata Ochi
sambil cengar-cengir.
" Lagian lo juga udah kaya layangan singit
tiap ketemu orang pasti lo kagetin. " kataku sambil memasukkan tas shania
ke dalam keranjang sepedaku.
" Haha.... Lo kaya baru kenal gue aja Jun. Kan
gue kalo lagi singit suka begitu. " kata Ochi sambil ketawa cekikikan.
" Eh gue pengen nanya nih ama lo Chi. "
kataku sambil mendekati Ochi.
" Woles, mao nanya apaan? Pasti gak jauh-jauh
nanyain Shania. "
" Iya lah, selaen lo siapa lagi yang bisa gue
nanyain keadaan Shania. " kataku sambil berbisik kepada Ochi.
" Kok hari ini ada yang aneh ya ama Shania,
gak kaya biasanya Shania begini. Lo tadi gimana keadaan Shania di kelas? "
" Iya dia juga diem aja tadi di kelas. Tapi
gue nanya ama dia, dia lagi gak enak badan. Trus gue pegang jidatnya gak anget
kok biasa aja. " jawab Ochi.
" Lo gak nanya ama dia lagi ada masalah apa?
" kataku dengan heran.
" Dia pasti cerita duluan Jun kalo ada
masalah, apalagi kejadian konyol. "
" Gue tadi pas nunggu dia di kantin juga gak
cerita sama sekali. " kataku sambil melihat Shania di pos satpam yg dari
tadi sudah menungguku.
" Ya lo coba lagi aja nanya-nanya ke dia. Lo
ajak ke taman deket kompleks. Nah di situ kan suasananya pas buat tenangin
pikiran trus lo bisa ngobrol deh berdua. " kata Ochi sambil melambaikan
tangan ke Shania.
" Wah bagus juga tuh ide lo. Gue ajak aja dia
ke taman. Ya udah gue pulang dulu. Kasihan tau Shania dari tadi nungguin.
Makasih sarannya Ochi singit. " kataku sambil mencubit pipi Ochi dan
mengayuhkan sepedaku menuju pos satpam.
" Ah sialan lo Juned! Awas aja ya kalo ketemu
gue timpuk lo! " teriak ochi.
Aku menghampiri Shania yang dari tadi menungguku.
" Maap ya aku udah ngangurin kamu di sini.
Abis tadi si Ochi singit isengin aku. "
" Iya gak apa-apa kok. " jawab Shania
sedikit tersenyum dan langsung duduk di belakang sepedaku.
Aku langsung mengayuhkan sepeda perlahan-lahan.
Shania masih diam tidak mau cerita kepadaku.
" Nanti pulang ke taman yg di kompleks dulu
gimana Shan?" kataku sambil menoleh ke Shania.
" Aku cape banget hari ini sayang. Aku pengen
istrihat dulu. Nanti lain waktu kan bisa. " kata Shania sambil memeluk
erat pinggangku.
" Ya udah lain kali aja kita ke tamannya.
" kataku yg mulai mengayuh cepat pedal sepeda.
Aku merasa pelukan Shania berbeda sekali. Baru kali
ini dia memeluk erat pinggangku sampai meneteskan air mata. Aku tak sadar
bajuku sudah basah oleh air mata Shania. Aku langsung menoleh ke belakang.
" Shan kok kamu nangis? Kamu takut ya aku bawa
sepedanya kenceng. "
Shania langsung sadar kalo bajuku sudah banjir oleh
air matanya. Shania langsung menghapus air matanya.
" Gak kok. Gak kenapa-napa. " jawab
Shania yg langsung gugup.
" Bener kamu gak kenapa-napa. Ya udah nanti
sampai di rumah kamu langsung makan trus jangan lupa minum obat dan istirahat
ya. "
Ku ingin menanyakan ini semua pada waktu yg tepat.
Ku rasa ini bukan waktu yang tepat buat menanyakan ini semua.
**
Bulan dan bintang sudah menyelimuti malam. Aku
berbaring di tempat tidur. Ku liat foto aku dengan Shania tampak terletak
sebelah kanan tempat tidurku. Ku coba mengambilnya dan ku pandangi. Tak sadar
aku seperti kembali ke masa lalu dimana aku pertama kali mengenal Shania. Tak
terasa sudah lebih dari satu tahun aku menjalani hubungan ini. Banyak sudah
masa-masa senang maupun duka aku lewati bersama Shania. Tepat tanggal 27 juni
tahun lalu. Aku memberikan kado berupa gelang bertuliskan 'ShanJu' yaitu
'Shania Junianatha' atau bisa di singkat 'Shania Junaedi'. Sampai gak sadar
kalo aku sampai cengar-cengir sendirian di kamar. Dan akupun tertidur pulas.
*****
Pagi telah tiba. Ku dengar suara handphoneku
berbunyi. Ku liat ada message dari Shania.
* Triiit... Triiit *
" Maaf ya sayang tadi malam aku udah tidur
duluan, trus aku habis minum obat trus langsung tidur deh. Maaf ya sayang ^_^ .
Nanti kayanya aku hari ini gak berangkat bareng ama kamu dulu deh. Soalnya aku
di anterin sama ayahku. Kamu gak marah kan. Ya udah aku mau mandi dulu nanti
kesiangan lagi. Dadah Junaedi... ^^ "
Aku lega ternyata tidak terjadi apa-apa kepada
Shania. Akupun segera mandi dan berangkat menuju sekolah. Pagi ini aku tidak
berangkat bareng dengan Shania. Setelah semua sudah selesai dan rapi akupun
segera mengambil sepeda yang berada di garasi samping rumah. Udara pagi ini terasa
sejuk. Ku hirup dan ku nikmati sambil mendengarkan lagu. " Bersepeda aku
menanjaki bukit itu, Sekuat tenaga ku kayuh pedalnya. Anginpun mulai menghembus
kemejaku, Ku rasa masih kurang cepat~~ " gumamku mendengar lagu di
handphoneku.
Tak terasa dari kejauhan sudah terlihat gerbang
sekolah. Sebagian murid-murid juga ada yang di antarkan oleh orang tuanya. Aku
menuju parkiran biasa memakirkan sepeda. Setelah ku menaruh sepeda, ku liat di
pos satpam seperti anak perempuan yg turun dari sebuah mobil klasik. Bagiku
mobil klasik itu tidak asing. Ternyata benar yg ku liat anak perempuan yg turun
dari mobil klasik itu adalah Shania. Aku pun segera berlari dan melambaikan
tangan ke Shania. Shania tidak merespon lalu mempercepat langkah menuju kelas.
Aku pun tidak dapat mengejarnya. Lalu aku masuk ke kelas Shania. Ku liat dia
lagi sibuk mengerjakan tugas sekolah. Mungkin dia belum mengerjakan tugas
karena semalam tadi dia tidur. Akupun mengalah dan tidak mau mengganggu Shania.
Aku segera menuju ke kelasku. Kebetulan kelas ku tidak jauh dari kelas Shania.
Aku berada di kelas XI IPS-3 sedangkan Shania di kelas XI IPS-1. Waktu di
sekolah berjalan begitu cepat hingga akhirnya bel pulang berbunyi. Seperti
biasa aku menunggu Shania di kantin. Ku liat Shania sama seperti hari kemarin.
Tidak ada senyum yg menghiasi wajah manisnya. Dan aku dan Shania langsung
menuju parkiran. Di perjalanan menuju parkiran aku mulai bertanya kepada
Shania.
" Nanti pulang sekolah kita ke taman deket
kompleks yuk, gimana? "
" Ya udah, ada yg pengen aku omongin sesuatu
ama kamu. " jawab shania
" Mau ngomong apa? Aku juga pengen nanya
sesuatu juga ama kamu. "
" Ya udah nanti aku juga mau jelasin semua ke
kamu tentang kejadian kemarin. " jawab Shania.
Aku segera cepat mengambil sepedaku lalu mempercepat
langkah sepeda menuju ke taman. Sesampai di taman, Shania entah kenapa langsung
memelukku dengan erat. Kebetulan suasana di taman mendukung dan tidak terlalu
ramai. Aku memulai pembicaraan kepada Shania.
" Kamu kenapa kemarin seperti gak biasanya?
" kataku yg masih di peluk Shania.
" Kamu sayang kan sama aku jun? " jawab
Shania yg mulai meneteskan air matanya.
" Lah kenapa kamu ngomong begitu Shan. Ya
jelas aku sayang banget ama kamu. " kataku sambil melepaskan pelukkan dan
menatap kedua bola mata Shania.
" Kamu rela gak kalo kamu harus kehilangan
aku? " tanyanya lagi.
" Ya jelas gak rela aku harus kehilangan kamu.
Kamu kenapa nanya begitu. Ada apa dengan kamu Shan? " jawabku sambil
mengusap air mata Shania.
" Seandainya aku harus jauh dari kamu dan pergi
dalam waktu yg cukup lama? "
" Maksudnya ? " jawabku dengan heran.
" Iya, aku harus pergi ke Jepang karena ayah
dapat dinas di sana. Dan aku beserta keluarga juga harus pindah ke sana. "
kata Shania yg meneteskan air matanya lagi.
Entah kenapa aku lemas mendengar perkataan Shania.
Mau tidak mau aku harus mengalah dalam posisi seperti ini.
" Aku bakalan siap kok kamu jauh dari aku. Kan
kita punya gelang perasa. Dimana kamu rindu aku. Aku juga ngerasain. Dan begitu
juga sebaliknya. Aku juga akan setia menunggu kamu. " jawabku sambil
memegang tangan Shania.
" Kamu bakalan sabar dan setia kan jun
nungguin aku pulang ke sini? "
" Iya-iya aku bakalan sabar dan setia kok
nungguin kamu pulang. " jawabku sambil mengecup kening Shania menghentikan
pembicaraan.
Tak terasa waktu senja telah tiba. Aku dan Shania
pun segera pulang. Aku berjalan menenteng sepeda bersama Shania. Di perjalan
kami berdua sempat berbincang tuk terakhir kalinya.
" Mulai kapan kamu akan pergi ke Jepang ?
"
" Mulai besok pagi aku dan keluargaku akan
pergi. Tadi pagi sengaja aku gak berangkat bareng ama kamu dan Ayah anterin aku
untuk mengurus juga kepindahan sekolah. " jawab Shania.
" Kenapa kamu tutupi dari aku dan baru bilang
sekarang Shan? "
" Karena aku pengen tau seberapa siap dan
sanggup kamu tuk jauh dari aku. Sebenernya kabar ini udah seminggu yg lalu. Dan
aku gak mau aja kamu gak nerima kepergian aku. " jawab Shania.
" Aku juga sudah beritahu Ochi sebelumnya. Dan
aku sengaja supaya Ochi tidak cerita dulu sama kamu. " kata Shania yg menatapku.
Aku langsung kaget Shania bilang begitu kepadaku.
Dan aku gak percaya kenapa Shania bisa setega itu. Sampai tiba di rumah Shania,
untuk terakhir kalinya. Tak kuat aku menahan ini semua. Pegangan tangan ini
menjadi yg terakhir tuk perjumpaan aku dan Shania. Senja sudah semakin gelap.
Akupun pulang ke rumah.
Seperti biasa berangkat ke sekolah. Aku harus bisa
bersemangat tanpa Shania. Hari-hariku harus ceria walau tak ada Shania di
sampingku. Aku harus bisa juga jalani hubungan jarak jauh ini. Aku gak mau
bikin Shania kecewa dengan sikapku tak bisa tanpa dia. Seperti biasa
hari-hariku menjalani aktifitas di sekolah. Ku hanya termenung terus memikirkan
Shania. Hingga bel pulang sekolah pun berbunyi. Aku berjalan menyelusuri
jalanan hingga ku terhenti di sebuah cafe tuk memesan segelas jus. Tak tahu
kenapa sekumpulan orang mengerubungi sebuah siaran berita di tipi. Aku pun tak
memperdulikan. " Ah palingan juga berita pemerkosan wanita di angkot ato
seorang juragan minyak punya 48 bini. " gerutuku sambil menghabiskan
minuman. Ku tak perduli apa yang mereka tonton. Ku hanya bisa kembali termenung
dengan Shania. Sampai seketika akupun ikut penasaran apa yang mereka tonton.
Dan tak sengaja ku menguping salah seorang berkata, " Ada kecelakaan
pesawat Aer Asia Boeng 737 tuh. Mana baru take off sudah kecelakaan aja. "
kata salah seorang. Akupun jadi teringat dengan Shania lagi. Apakah Shania
termasuk korban kecelakaan pesawat tersebut? Lantas aku langsung menghampiri
kerumunan orang-orang yg menonton berita tersebut. Dan ternyata benar pesawat
yang kecelakaan itu akan berangkat menuju Jepang. Akupun lemas melihat dan
menyaksikan berita tersebut. Tanpa pikir panjang akupun langsung pergi menuju
bandara untuk mencari informasi pesawat kecelakaan itu. Ku hentikan taksi
menuju bandara. Di dalam taksi aku menjadi gemetaran dan pikiran ku kacau
berantakan.
Sampai di bandara banyak sekumpulan orang yg
melihat daftar para penumpang pesawat kecelakaan itu. Ku cari nama 'Shania
Junianatha'. Dan benar naas menimpa semua keluarga Shania. Aku lemas melihat
nama Shania ikut dalam kecelakaan pesawat itu. Aku tak tau harus bagaimana
lagi. Aku pun menangis menjerit teriak sejadi-jadinya tak kuasa menahan
kepedihan ini. " Iniii tiiidaaak mungkiiin.......... !! Shaaaaaniiiiiaaaaa..........
!! " teriakku sekeras-kerasnya. Akupun panik dan bertanya kepada seorang
petugas bandara menanyakan di mana korban kecelakaan pesawat berada. Tanpa
pikir panjang lagi aku langsung berlari dan memberhentikan taksi. Bena-benar
kejadian ini tidak bisa ku terima. Aku berharap ada mukjizat buat Shania
selamat.
Sampai di rumah sakit dimana para korban kecelakaan
pesawat di evakuasi. Akupun langsung berlari menuju ruang evakuasi para mayat.
Aku mencari daftar para korban lagi. Dan aku baru ingat kalo Shania memakai
gelang itu. Lantas aku mencari korban memakai gelang sama persis denganku.
Ketika ku melihat sesosok mayat berselimut kain putih menutupi memakai gelang
sama persis denganku. Akupun langsung mendekati dan membuka secara perlahan...
*****
" Tiiidaaakkk..... !! " Teriak ku ketika
ku tau yang tadi itu ternyata mimpi. Keringat dingin bercucuran di badanku.
Mimpi buruk yang benar-benar kenyataan. Setengah sadar dari mimpi aku langsung
menghubungi Shania. Tak ada jawaban dari telpon Shania. Panik dan sedih masih
terbayang dalam pikiranku tentang mimpi Shania. " Apa ini pertanda buruk
buat Shania? " pikirku dalam hati. Ku liat di luar rumah gerimis
menyelimuti. Tanpa pikir panjang akupun langsung ke rumah Shania. Ku kayuh
cepat pedal sepedaku tengah gerimis.
Sampai di rumah Shania, ku ketok pintu rumah
Shania...
" Shania... !! Shania... !! " teriakku
panik.
* Klerk *
" Kenapa Jun ujan gerimis begini ke rumah?
" sapa Shania yg membukakan pintu.
Langsung ku peluk Shania dengan erat.
" Kamu gk kenapa-napa kan Shan? Kamu gk pergi
ke Jepang kan? Kamu gk kan ninggalin aku Shan? " kataku panik memegang
bahu Shania.
" Aduh plis kamu kenapa dateng-dateng udah
kaya orang ke sambet? Kamu abis nonton apaan semalem ampe segitunya? "
jawab Shania heran melihat tingkahku.
" Syukur deh kalo kamu gk kenapa-napa dan
masih selamat. " * fiyuh * kataku menghela napas.
" Selamat apanya maksud kamu Jun? " tanya
Shania bingung.
" Shan kita ke taman yuk ada yang pengen aku
tunjukkin. " ajakku sambil menarik tangan Shania.
" Mao ngapain sih gerimis begini ke taman?
"
" Udah ikut aja ayo sekalian pengen jelasin yg
tadi? "
Shania langsung memakai sweater dan langsung duduk
di belakang sepedaku. Akupun langsung melaju cepat menuju taman.
Sampai di taman...
Shania masih bingung apa yang aku tunjukkin ke dia.
Dan tiba-tiba perlahan hujan gerimis pun berhenti. Mendung pun perlahan
menghilang.
" Apa yg kamu pengen jelasin ke aku? "
tanya Shania.
" Kamu kemaren sewaktu pulang sekolah kenapa
murung? " jawabku menatap Shania.
" Oh... Waktu pulang sekolah kemaren aku tuh
sedih mendengar kabar Nenekku meninggal. Dan maap aku gak bisa jelasin ke kamu
karena aku langsung shock. Nenekku adalah orang yg paling ku sayangi juga.
" kata Shania menjelaskan.
" Sekali lagi maap aku jadi murung ke kamu.
" kata Shania lagi.
" Syukur deh kalo begitu udah jelas semuanya.
" kataku.
" Nah sekarang apa yang pengen kamu tunjukkin
ke aku? " tanya Shania heran.
" Coba deh sekarang kamu liat ke langit.
"
" Ada apa sih mangnya di langit? "
" Liat dulu dengan teliti. "
" Ih orang gk ada apa-apa. "
Tiba-Tiba pelangi pun muncul bermunculan aneka
warna.
" Iya tuh ada pelangi. Aduh indah banget ya.
"
kata Shania kagum.
" Kamu liat gak di situ ada dua pelangi?
"
" Mana sih ada dua pelangi? Orang cuman satu
doang. " jawab Shania bingung.
" Iya bener di situ cuman ada satu. Dan satu
lagi ada di samping aku. " kataku langsung menatap tajam mata Shania.
" Pelangi yang di langit itu yang selalu
mewarnai alam sekitarnya dan perlahan-lahan pudar. "
" Terus pelangi selanjutnya mana? " tanya
Shania lagi.
" Pelangi yang gak akan pernah pudar dan
selalu mewarnai hari-hari aku adalah kamu. "
Kami pun berdua kembali
bercengkrama ditaman. Aku menjelaskan kembali mimpiku semalam kepada Shania.
Shania pun tertawa mendengarkan cerita dari mimpiku. Mimpi yang sungguh tak
bisa ku terima harus kehilangan Shania. Kehilangan pelangi yang paling
berharga. Canda dan tawa Shania.
***
Fanfict kiriman dari: