Embun pagi
masih menetes di dedaunan. Seorang ibu tua menyapu halaman depan rumahnya. Di
sebuah gapura, terdapat pendopo pos jaga, disana terlihat seorang pemuda,
memakai kaos merah beratribut pin Cleo JKT48 di dada kirinya. Ia mengeluarkan
dompetnya, terlihat dua lembar uang Rp. 50.000 ditemani beberapa pecahan uang
Rp. 10.000 dan recehan lainnya. Dari kejauhan, seorang anak lelaki, yang
umurnya tidak jauh beda dengan anak lelaki sebelumnya.
“Lo
udah bawa poster Shania?” Tanya pria yang memakai pin Cleo.
“Nih,
anak-anak yang lain pada kemana? Ketinggalan kereta nih kita ntar.” Tanya Ajie.
Dari
kejauhan, seorang wanita datang sambil berlari pelan. Di dadanya terlihat pin
Sendy JKT48.
“Awang,
Ajie!!” Teriak wanita itu.
“Ayu,
yang lain mana?” Tanya Awang.
“Si
Chandra tadi lagi nelfon pacarnya, biasa minta izin.” Jawab Ayu.
Tidak
lama, 6 orang anak lelaki datang sambil membawa atribut lainnya.
“Light
stick siap?” Tanya Ajie.
“Udah,
Jie. Nih Tab juga udah, gue gambar ini buat Melody.”
“Hp
yang buat nonton tv ada yang bawa?”
“Gua
bawa! Nih baterenya penuh kok.”
“Tinggal
nunggu Chandra doang nih.” Lanjut Aji.
“Sorry,
tadi cewek gue lagi PMS, susah bener izinnya.” Ucap Chandra yang sudah hadir.
“PMS,
Pria Mesti Sabar.” Ledek Awang.
Gerombolan
anak-anak Fans JKT48 itu berjalan bersama-sama. Sesampainya di stasiun, mereka
menanti kereta menuju Jakarta. Kereta tiba, Awang dan kawan-kawan memasuki
gerbong kereta. Mereka mulai mengumpulkan uang receh pecahan Rp. 2.000 untuk
ongkos kereta.
Terlihat
kerumunan pasar di samping rel kereta, kini mereka sudah sampai di Jakarta,
tepatnya stasiun kebayoran. Awang dan keluar dari gerbong. Ya, seperti biasa
Jakarta, panas, gersang, tak menyurutkan semangat anak-anak gerbong ini
menonton penampilan JKT48.
Ajie yang
segera menyetop angkot berwarna putih bicara dengan supir.
“Bang,
kalo nyarter angkot ke Pulo Gadung Trade Center berapaan?” Tanya Ajie.
“Elu
berapa orang?” Tanya si supir.
“Tuh
liat aja.” Ajie menunjuk ke arah teman-temannya.
“Yauda
borongan aja, elu pada balik lagi gak kesini, ntar abang tungguin aja disana,
tapi tambahin uang rokok.” Jawab si supir.
Ajie dan
kawan-kawan masuk ke angkot. Karena angkot hampir penuh, Chandra duduk di depan
pintu angkot. Sesampainya di Pulo Gadung, Awang dkk keluar dari angkot.
“Tong,
bayar sekarang aja, abang mau narik lagi, ntar abang jemput sorean.”
“Berapa
bang?”
“Yaudah
setengahnya aja, seratus tiga puluh ribu aja sini.”
“Kok
mahal bang?” Tanya Ajie.
“Kan
ampe depan gedung noh.”
Awang Dkk
mengumpulkan uang dan membayar ke supir. Gerbang konser Ampuh 100% masih
ditutup. Awang dkk duduk dekat situ. Pukul 11.11 siang, gerbang dibuka.
Anak-anak gerbong itu masuk dan memenuhi stage area paling depan. Sambil
menunggu acara dimulai, fans asal Banten itu berbagi minum dan jajanan seperti
gorengan.
Ampuh 100%
dimulai, JKT48 memaki seifuku kemeja putih dan dasi beserta celana panjang
hitam. Lagu Aitakata membuka sorak sorai penonton. Anak-anak Banten itu
melakukan Chant di dekat para member JKT48. Di akhir acara ampuh 100%, JKT48
menampilkan lagu Ponytail To Shushu.
Setelah
perform, beberapa member sempat menyapa Awang dan kawan-kawan yang berada
paling depan.
Maghrib
mulai mendekat. Suasana Jakarta Maghrib kini menyelimuti Pulo Gadung. Awang dkk
cemberut menunggu si supir angkot yang menjemput. Chandra gelisah dengan
telepon genggamnya, pacarnya terus menginterogasi keberadaannya. Wajah panik
tampak di raut Ayu.
“Kenapa
Ayu?” Tanya Ajie.
“Dompet
gue gak ada. Kayaknya cowok yang pake jaket tadi deh, yang deketin kita pas
abis jajan.” Jelas Ayu.
“Hp
gue juga gak ada.” Lanjut Aryo.
Kepanikan
melanda Anak-anak gerbong itu. Malam mulai tiba.
“Gue
laper, tapi kan dompet gue ilang.” Ayu memelas.
“Ah,
mana tuh supir angkot gak dateng-dateng, janjinya kayak Caleg.” Gerutu Ajie.
Awang mengeluarkan
uang lima puluh ribu rupiah.
“Ndro,
nih beliin air sama jajanan buat anak-anak.” Pinta Awang.
“Tapi
Wang, ini kan duit pribadi lo. Duit patungan anak-anak kan---“ Jawab Indro.
“Udeeeh
sana jalan, kita laper bareng-bareng, seneng bareng, pulang bisa
gendong-gendongan kan.”
“Gila
lo Wang, jalan kaki ke Rangkas, Serang?” Tanya Ayu.
“Kalo
kita bareng-bareng gak berasa, semuanya bisa selesai kok.” Ucap Chandra.
Indro
kembali dengan kresek jajanan berisi air mineral dan gorengan. Fans Banten itu
terlihat ceria saat makan bersama dari satu plastik bersama-sama. Canda tawa,
berbagi air minum hingga berbagi cabai gorengan mereka lakukan.
“Nah,
udah pada kenyang kan? Sekarang tinggal mikir cara kita pulang.” Ajak Awang.
“Tapi
udah hampir jam 8 malem gini Wang, naik apaan?” Tanya Ayu.
“Nah,
tuh ada mobil polisi, minta tolong aja.” Ajie segera menghampiri Pak Polisi.
“Pak
Polisi, kita nebeng dong sampe Kebayoran.” Minta Ajie.
“Lho,
kamu gak liat itu Pos Jaga saya? Saya ini baru patroli, suruh nganterin anak
ilang lagi.” Ajie kembali kepada teman-temannya dengan wajah murung.
Awang dkk
duduk di depan Pulo Gadung Trade Center. Awang menghembuskan rokoknya. Saat
wajah mereka menunjukkan putus asa, seorang pria, yang jauh lebih tua dari
mereka menghampiri kumpulan anak gerbong itu.
“Tong,
pinjem korek dong.” Minta pria itu.
“Nih
bang.” Awang memberikan.
“Ini
abis tawuran apa nunggu dikasihanin rame begini.” Tanya pria itu.
“Nunggu
dikasihanin bang, kita mau pulang ke Rangkas, Banten, naik kereta dari Kebayoran,
tapi ongkosnya mau abis, tinggal buat naik kereta.” Ujar Ajie.
“Lha,
saya mau ke Kebayoran nih. Tuh mobil saya, ngompreng mau?” Ajak pria itu.
“Abang
ke Kebayoran ngapain?” Tanya Ajie.
“Cari
nafkah, dagang sayur. Kalo mau boleh tuh nebeng ngebak di belakang, tapi ada
dagangan.”
Sorak
sorai gembira anak-anak gerbong kini terdengar kembali. Mereka duduk dibelakang
ditemani sayuran segar untuk dijual dipasar. Awang dan Chandra duduk depan
bersama supir.
“Ini
pada abis acara apaan Tong, rame bener?” Tanya supir.
“Abis
nonton konser Bang.” Jawab Awang.
“Apaan?
Slank? Abang mah gak ngerti lagu sekarang, ngertinya yang dulu-dulu.”
“Bang,
makasih nih ya mau bantuin kita.” Ucap Chandra.
“Sama-sama
Tong. Dulu abang kalo abis main bola nih, tarkaman, juga nyari komprengan gini
kalo pulang.” Lanjut si supir.
“Abang
namanya siapa?” Tanya Awang.
“Ahmad.”
Rel kereta
mulai terlihat. Anak-anak gerbong itu turun dari mobil bak Bang Ahmad.
“Bang
Ahmad, makasih ya.” Ucap anak-anak itu bersamaan.
“Iye
Tong sama-sama. Kapan-kapan Abang diajak ye nonton konser Jakarta48.” Jawab
Ahmad.
Anak-anak
gerbong dari Banten itu menunggu kereta yang menjemput mereka untuk pulang.
*
Malam itu
cukup sepi. Terlihat Chandra sedang duduk berdua dengan seorang gadis yang
cukup manis. Terlihat wajah gadis itu cemberut, bibirnya manyun ingin jatuh.
“Mau
apa kamu?” Ucap si gadis.
“Mau
minta izin.” Jawab Chandra.
“Ngapain?”
“Besok,
abis subuh, aku sama temen-temen mau ke Jakarta lagi.”
“Ngapain?
JKT48 lagi?”
“Iya.”
“Kamu
tuh, gak cape ya nyiksa diri sendiri. Kemaren barang temen-temen banyak yang
ilang, pulangnya kayak gembel, besok apalagi?”
“Besok
ya aku mau nonton JKT48 di DaSaR, di RCCI.” Lanjut Chandra
“Besok
tanggal jadian kita.” Ucap si gadis. Chandra hanya tertunduk diam.
“Ya
kamu pilih ajalah, hubungan kita apa JKT48.”Lanjut si gadis.
“Aku...
Pilih... besok berangkat ke Jakarta.” Jawab Chandra.
“Oh,
kamu lebih milih JKT48 daripada aku?”
“Aku
masih pengen sama kamu. Tapi kalo kamu ngasih pilihan kayak gini, ya aku harus
milih.”
“Milih
JKT48?”
“Enggak,
aku milih buat nemenin temen-temen aku nonton JKT48 besok.” Jawab Chandra
tegas. Chandra segera berdiri dari duduknya dan meninggalkan pacarnya.
*
Suara
kumandang adzan subuh mulai terdengar. Anak-anak fans JKT48 Banten berkumpul di
lapangan kelurahan.
“Nah,
kan ntar JKT48 perform jam 9, kita naik kereta pertama nih ya.”
“Asik
juga ya kita berangkat pagi-pagi gini.” Jawab Indro.
“Semua
barang udah siap? Hp TV, buat ntar nonton Cek n Becek?” Tanya Awang.
“Siap
Wang. Lightstick juga udah semua. Lho, Chandra ikut juga? Pacar lo gimana?”
“Santai
ajalah, pacaran bisa dicari, persahabatan sampai mati.” Jawab Chandra.
Teman-teman
Chandra merasa bangga memiliki teman seperti Chandra.
Anak-anak
gerbong itu kini memasuki kereta. Sesampainya di Kebayoran, mereka menyetop
angkot, kalini angkot dengan warna yang beda dengan kemarin. Portal RCCI
terlihat. Fans dari Banten sampai di depan studio pukul 8 pagi kurang.
Jam
menunjukkan 8.23 pagi. Seorang tim kreatif menyuruh para fans JKT48 untuk masuk
studio. Karena pintu masuk yang kecil, para penonton berdesak-desakan masuk.
Indro dan Ayu yang tersisih akhirnya berada dibarisan belakang.
“Maaf,
studio penuh, kamu berdua gak bisa masuk.” Ucap crew tv.
“Tapi
kak, temen-temen kita didalem.” Ucap Ayu.
“Iya
tapi didalem penuh.”
“Bang,
mereka temen kita bang, tolong banget mereka boleh masuk.” Ucap Awang
menghampiri crew tv.
“Udah
gak bisa, kok ngeyel dikasih tau?” Crew tv mulai kesal.
“Kita
jauh-jauh dari Serang, Rangkas barengan, masa pas nonton JKT48 kita misah. Kita
mau barengan Bang.” Lanjut Awang.
“Yauda,
kalian bareng-bareng aja nonton diluar kalo susah diatur.” Ucap crew tv dengan
nada tinggi.
“Mas,
yuk udah mau on air, talent udah siap. Mereka saya yang urus.” Ucap seorang
crew lain.
“Yauda
lo urus deh nih dua anak rewel.” Ucap crew dengan galak.
“Bang
kita mau masuk, temen-temen kita didalem.” Minta Ayu.
“Yaudah
iya gue ngerti. Sekarang gausah bawel, ikut gue.”
“Bang,
Abang crew juga? Kalo yang tadi?” Tanya Indro sambil berjalan.
“Iya,
gue anak baru. Kalo yang tadi senior, makanya songong.”
Crew
junior itu memberi instruksi agar Ayu dan Indro masuk ke studio tanpa ketahuan.
Awang dkk di dalam studio masih gelisah menunggu kedua temannya. Aglo, host
acara DaSaR sudah make up.Ayu dan Indro datang dari pintu lain, kini anak-anak
gerbong itu siap beraksi.
JKT48
membuka acara DaSaR dengan membawakan lagu Aitakata. Semua fans melantunkan
Chant. Para member JKT48 bersemangat di acara DaSaR. Setelah segment satu,
penonton studio di rolling karena di belakang studio masih banyak yang
menunggu. Awang Dkk yang keluar studio dengan gembira bertemu dengan crew tv
itu.
“Bang,
makasih ya uda bantuin temen saya tadi.” Ucap Chandra.
“Ya
sama-sama. Dulu gue juga kayak lo kalo nonton GIGI, rame-rame gini, kalo satu
gak masuk ya yang lain barengan gak masuk.” Ucap crew tv itu.
“Makasih
nih Bang sekali lagi. Nama abang siapa nih? Kali aja besok-besok kesini lagi.”
Tanya Chandra.
“Panggil
aja Esa.” Ucap crew tv itu.
*
Theater
ada di tengah fX, bagai suara yang memanggil para Wota. Uang yang banyak itu
tak akan menghianati. Seusai theater malam itu, beberapa kawula muda berkumpul
di depan mall paling kece seantero Jakarta, fX lifestyle center (promosi, biar
kalo besok-besok parkir dikasih geretongan). Ada belasan anak muda disana
sedang berkumpul. Tidak lama mereka membuat sebuah lingkaran, nampak mereka
menyatukan tanganya dan berdoa.
“Nah
temen-temen, sebentar lagi Kesebelasan Innova bakalan goes to Malang, mengejar
idol mereka demi support, kita berdoa supaya selamat sampai tujuan, bisa balik
lagi, dan gak di cuekin lagi sama oshi-nya. Berdoa sambil pegang potopek
masing-masing, mulai!!”.
Setelah
berdoa, sekumpulan remaja itu kembali mengumpulkan tangan.
“Yok
guys, kita toss dulu.”
“J!!
Jomblo. K!! Keren, T!! Tapi ngenes, Jomblo Keren Tapi ngenes, yeaaayyy”
Para
pria (yang katanya) pemberani mulai memasuki Innova, sebelas pria ngenes itu
adalah; Dimas, Erdho, Bayu, Maul, Adam, Doli, Budy, Sukro, Angga, Iyan, Juni.
Dengan formasi duduk 2-5-4, semoga pantat mereka tidak rata saat perjalanan
pulang nanti.
Ku
pacu mobil dan melaju... Karena di Malang ada Oshi....
Perjalanan
malam telah di lalui para kesebelasan Innova. Di siang hari, mereka terlihat
seperti Zombie kelaparan. Terlihat rumah makan “Pemadam Kelaparan”,
dibelokannya mobil itu kesana.
“Bang,
mau makan dong.” Ucap Sukro.
“Makan
apa?” Tanya si Pelayan.
“Saya
pesen sayur Melody.” Ucap Maul.
“Sayur
Sendy Reunceum ada?” Tanya Budy.
“Saya
Tumis Sonya” Lanjut Doli.
“Saya
Beby saus tiram aja deh.”
“Kalo
dendeng Veranda ada gak?”
“Adanya
Badai Veranda.”
Si
pelayan bingung melayani pesanan yang aneh-aneh.
“Mas,
ini rumah makan Padang, bukan Zombie.” Ucap si pelayan.
“Yaudah
samain aja semuanya, nasi telor dadar, kuah banjir.” Ucap Erdho.
“Mas,
kalo air putih gratisan kan ya?” Tanya Juni.
Di
pojokan restoran, Adam duduk termangu sambil memegang dua potopek.
“Oy
Dam, bengong aja, kesambet lu, liatin potopek siapa?” Tanya Bayu.
“Ha?
Enggak Bay, ini loh yang jago dance.” Jawab Adam.
“Yang
jago dance ada dua nih, yang mana tuh?”
Adam
tidak menjawab pertanyaan Bayu, Adam hanya menggaruk-garuk tembok sambil
memandangi indahnya potopek itu.
Laper
cengo, kenyang bego. Itulah yang dirasakan kesebelasan Innova setelah makan.
Setengah jam berlalu dengan isi debat siapa yang menyetir, waktu terus
berjalan, member perform pukul 20.30. Bayu kini mengambil kursi supir. Berbekal
GPS yang lemot, para kesebelasan Innova mencari jalan menuju Malang, kini
mereka nyasar. di Solo.
Waktu
terus beralu... Semakin dekat dengan waktu member perform. Malam kini tiba,
para kesebelasan Innova mulai mendekati Malang.
“Kira-kira
kita sempet gak yah keburu nonton?” Tanya Doli.
“Optimis
ajalah, pasti bisa.” Balas Dimas.
“Teh...
Teteh...” Gerutu Maul di kursi belakang.
Dewi
Fortuna belum berpihak pada 11 pria pemberani ini. Mereka terlambar, JKT48
telah membawakan 5 lagu sebelum mereka tiba. Kini hanya kekecewaan diwajah para
pria itu saat sampai disana. Maul tiduran di depan mobil, Doli menatap hpnya
dengan murung, Erdho memeluk kamera miliknya, Sukro dengan tampang melas, Adam
memandang potopek. Saat dirundung kesedihan itu, ada beberapa anak muda
menghampiri Adam.
“Bang,
jual potopek gak Bang?”
Adam
sumringah.
Doli
berdiri dari duduknya.
“Jadi
kita Cuma sampe sini aja guys?” Tanya Doli/
“Trus
kita mesti sampe mana? fX lagi? Terlambat.” Ucap Sukro.
“Belom
terlambat kalo kita ke bandara Malang.” Balas Juni.
Dengan
sigap, 11 pria itu masuk mobil dan melaju menuju bandara Malang. Jalanan gelap
dan tidak rata mereka tempuh untuk menemui sang idola dan menunjukkan komitmen
mereka dalam memberikan support.
Setelah
menempuh perjalanan cukup jauh, kini mereka sampai di bandara udara Abdul
Rachman Saleh, Malang, Jawa Timur. Langit masih gelap, layaknya musafir, mereka
menunggu di depan bandara. Maul tiduran di jalanan dengan beralaskan koran
beratapkan langit. Yang lainnya hanya memakan cemilan sambil menatap potopek
dengan penuh harapan. Beberapa diantarnya membuat fanArt untuk nanti saat
bertemu sang idola.
Bencana
tiba ketika seorang salah satu sumber (google) mengatakan bahwa rombongan idola
tidak menaiki pesawat dari Malang, tapi Surabaya. Mereka panik, Bayu sudah
tidak kuat lagi menyetir. Maul yang sedang tidur layaknya gembel segera dibangunkan.
“Mas
bangun Mas, tokonya mau buka.” Ucap Juni.
“Ada
apaan ih?” Tanya Maul.
“Buruan
Ul nyetir, kita mesti ke Surabaya sekarang.” Lanjut Doli.
“Lo
mau ketemu Teteh gak?” Tanya Sukro.
“TETEH!!!”
Teriak Maul.
Maul
segera masuk ke kursi supir lalu menyalakan mobil. Erdho dan Dimas yang
ketinggalan mengejar mobil yang sudah melaju.
“Oy,
Maul, lo pengen ketemu Teteh gak?” Tanya Juni.
“Kalo
gitu, lo harus sampe bandara sebelum jam 6, kalo terlambat lo cemen, bukan
cowo.”
Kini
11 pria (yang katanya) pemberani itu menuju Surabaya kota Pahlawan. Maul
berubah menjadi #BusSupirMalam ketika menyetir.
“Sadis
Maul, demi si Teteh Melody, truk pasir di salib.” Ucap Bayu.
“Padahal
Maul kalo naik motor Cuma 40km/jam.”
“Ul,
plis banget Ul, inget yang duduk di belakang.” Lanjut Erdho.
“Gua
masih mau ketemu Stella. Awas truk!!!” Lanjut Dimas.
13
Truk, 4 mobil bak, 8 bus malam dilewati Maul dengan kecepatan140km/jam.
Kini
para pria pemberani itu sampai di Bandara Juanda, Surabaya. Setelah memarkir
mobil, Dimas mencari dimana para member akan boarding pass. Dimas membawa
fanArt bertuliskan Stella, Adam menyapa Beby, badai Veranda terasa ketika
melewati mereka, angin berhembus kencang. Dan akhirnya, si pahlawan, Maul, kini
bertemu dengan sang idola, Teteh Melody. Melody berjalan di depan Maul sambil
membawa tas, dengan keringat jagung di jidat dan tatapan gerogi, Maul menyapa
Melody.
“Teh...
Teteh... Teh...” Ucap Maul sambil melambaikan tangan.
“Iya.”
Balas Melody pelan.
Maul
gagal sebagai pria, ia jauh-jauh menyetir dan mengebut demi menyapa Melody..
Kasihan Maul. Tapi Maul adalah seorang Super Melodiest yang memberikan support
dari Jakarta menuju Malang, menempuh jarak jauh, membuat teman-temannya menjadi
pepes saat ia menyetir di jalan tol, dan menuju Surabaya hanya kurang dari
30menit, ketika bertemu Melody hanya berkata.
“Teh...
Teteh...Teh...”
Dan
pastinya, semua yang berjuang demi idolanya perlu diberikan acungan jempol,
mereka terus men-support para idola dengan hadir setiap penampilan, memberikan
fanArt, dan dukungan lainnya. Untuk para official, tolong hargai usaha para
fans dalam men-support idola mereka.
***